Arti dan Kapitalisme Masa Koloial
Kapitalisme berasal dari capital yang berarti modal,
yang dimaksud modal adalah alat produksi seperti tanah, uang dan sebagainya.
Kata isme berarti suatu paham atau ajaran. Jadi arti kapitalisme adalah sistem
dan paham ekonomi yg modalnya bersumber pada modal pribadi atau modal
perusahaan swasta dengan ciri persaingan di pasaran bebas.[1] Paham
kapitalisme ini meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Sistem Kapitalisme Awal (1500-1750)
ditandai dengan kebijakan-kebijakan Merkantilis yang identik dengan penumpukan
emas dan perak. Kapitalisme Awal ini juga ditandai dengan munculnya
imperium-imperium kolonial di Eropa Barat, seperti Spanyol, Portugis, Belanda,
Perancis dan Inggris. Kerakusan antar imperium kapitalis ini membuat mereka
saling berperang untuk menjajah bangsa-bangsa lain memperebutkan harta. Satu
tahun sejak ditemukan benua Amerika, Spanyol dan Portugis sudah ribut berebut
harta di benua Amerika. Akhirnya bersepakat membagi daerah jajahan di benua
Amerika dalam perjanjian Tordesillas. Di Asia Tenggara Spanyol, Portugis dan
Belanda berebut rempah-rempah. Spanyol menguasai Kesultanan Manila. Portugis
menguasai Malaka, Ternate, dan Timor. Tahun 1619 para kapitalis Belanda yang
tergabung dalam VOC mendirikan Batavia, sekarang Jakarta.
Kapitalisme mulai diterapkan pada masa koloial |
Adapun
bentuk-bentuk dan sisten
dalam Kapitalisme yaitu:
a.
Kapitalisme perdagangan
Muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya sistem feodal.
Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil produksinya dari satu
tempat ke tempat lain sesuai dgn kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi
sebagai perantara antara produsen dan konsumsi.
b.
Kapitalisme industri
Lahir karena ditopang oleh kemajuan industri dengan penemuan
mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733. Semua itu
telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang abad
ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan
buruh yakni antara manusia dan mesin.
c.
Sistem Kartel
Kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam membagi
pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan untuk memonopoli pasar dan
pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebar di Jerman dan Jepang.
d.
Sistem Trust
Sebuah sistem yang membentuk satu perusahaan dari berbagai
perusahaan yang bersaing agar perusahaan tersebut lebih mampu berproduksi dan
lebih kuat untuk mengontrol dan menguasai pasar.
Perkembangan
Kapitalisme Saat Ini
Kapitalisme merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap perekonomian dunia saat ini. Kita banyak melihat merk-merk terkenal
dan merupakan produksi dari perusahaan besar Internasional, itu merupakan
dampak dari Globalisasi yang sudah terjadi di negara-negara di dunia termasuk
juga Indonesia. Perlu diingat, bahwa sebenarnya globalisasi merupakan gerbang
awal bagi kelanggengan kapitalisme. Globalisasi yang membuat negara-negara pro
kapitalis (negara yang tidak menghambat arus kapitalisme) menyatu dalam hal
ekonomi, membuat para kapitalis semakin mudah dalam melancarkan strateginya
untuk menguasai perekonomian.
John Pilger dalam pengantar “The New Rulers of The
World” menyatakan bahwa hanya dengan 200 perusahaan, dapat menguasai seperempat
perekonomian dunia.[2]
Hal ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat kita sering mendengar mengenai
manfaat dari globalisasi yang disebutkan
memberikan kesejahteraan bagi manusia dengan menyatunya bangsa-bangsa di dunia. Kita dapat melihat
dengan kenyataan banyakya kemiskinan di berbagai belahan dunia, sementara
terdapat juga kaum yang begelimangan harta tidak jauh dari daerah yang miskin
tersebut. Kesenjangan tersebut merupakan dampak dari kapitalisme yang lebih
bersifat mengeksploitasi keuntungan sebanyak-banyakya dengan mematikan
perekonomian kecil yang merupakan kekuatan perekonomian lokal. Besarnya modal
serta strategi yang baik memang sangat berperan, hal ini yang membuat para kaum
kapitalis mendapat penguasaan atas perekonomian di berbagai tempat. Semisal
saja saat ini di Indonesia telah banyak pusat perbelanjaan yang banyak
menampilkan merk-merk internasional, atau banyaknya mini market asing yang
membuat sepi toko kelontong. Sebuah hal yang ironis seperti pada maraknya mini
market asing yang menjual kebutuhan lebih lengkap dan bahkan buka selama 24
jam, dimana perusahaan asing ini menjadi hal yang familiar dan tidak asing
dalam kehidupan kita.
Minimarket asing yang unggul dalam modal dan strategi mematikan toko atau warung kecil di sekitarnya |
Kapitalisme sangat identik juga dengan liberalisme.
Kita juga mengetahui bahwa terdapat juga komunisme yang dekat dengan sosialisme.
Kedua hal ini sangat berperan dalam kehidupan bangsa di dunia (dalam hal ini
terjadinya perang dingin), dimana antara dua paham ini saling bersaing untuk
menanamkan pengaruhnya. Banyak peristiwa besar di dunia yang merupakan salah
satu usaha untuk penenaman pengaruh misalnya perang Vietnam, Invasi Teluk Babi,
ataupun peristiwa G 30S yang diduga merupakan intervensi Amerika Serikat guna
membuka gerbang untuk mematikan pergerakan komunisme di Indonesia. Penguasaan
ini jika kita pandang lebih jauh merupakan bentuk dari Imperialisme yang tidak
lagi dalam bentuk yang terang-terangan mejajah (seperti kolonialisme Belanda
dan pendudukan Jepang di Indonesia).
Hubungan antara kapitalisme dan imperialisme dapat
kita lihat pada pendapat Lenin yang menganggap bahwa imperialisme merupakan
tahap tertinggi dari kapitalisme sejalan dengan bukunya yang berjudul
“Imperialism: The Highest Stage Of Capitalism” (1916). Teori lain yang sejalan
dengan korelasi ini adalah Teori Konspirasi yang menyatakan bahwa terdapat
sebuah Konspirasi Yahudi dalam rancangan rahasianya yang mempengaruhi bnyak
peristiwa besar dunia. dalam teori ini lebih familiar dengan adanya organisasi
rahasia seperti Freemasonry dan Illuminati yang juga didalamnya terdapat
golongan kapitalis dan peminjam uang (money-lender).
Disebutkan juga keluarga Rothschild yang memberikan pinjaman nasional melalui
Bank-bank milik mereka seperti Bank of
England, selain juga menciptakan huru-hara di dunia serta mengambil
keuntungan dari huru-hara yang dibuatnya itu.[3]
Teori ini memang kurang populer dan dianggap sebagai bentuk anti-Semitisme,
namun perlu dilihat karena memang teori ini memungkinkan untuk dikaitkan dengan
imperialisme modern.
Kapitalisme menjadi kekuatan besar utama ketika
Perang Dingin berakhir. Runtuhnya Uni Sovyet yang menunjukan runtuhya kekuatan
besar komunisme, membuat liberalisme yang seiring dengan kepitalisme makin
bebas untuk mengepakan sayapnya guna menanamkan ideologi. Negara-negara yang
bersekutu mulai melirik akan pentingnya perekonomian, bukan lagi konsentrasi
mutlak politik, ideologi, maupun militer. Seperti halnya Jepang yang bangkit
atau Jerman yang mengalami reunifikasi.[4]
Kapitalisme banyak berkembang pada negara-negara barat, yang tentunya mencari
pasar untuk perekonomiannya. Akibat dari hal ini tentunya penguasaan atas
wilayah yang memiliki kekuatan ekonomi yang lemah (dilihat dari strategi dan
modal), sehingga kapitalisme semakin kokoh berdiri dan menciptakan jurang
kesenjangan yang dalam.
Perkembangan
Kapitalisme di Indonesia
Munculnya kapitalisme di indonesia tidak terlepas
dari sejarah eksploitasi kapitalisme imperialis. Penjajahan yang di lakukan
oleh negara Belanda yang merupakan negara model kapitalis di abad 17. Semenjak
penjajahan Belanda terhadap Indonesia, nasib Indonesia sudah terhubung dengan
kapitalisme dunia. Hingga pada
awal kemerdekaan Indonesia sistem politik dan ekonomi masih tidak beraturan.
Presiden Soekarno
sebagai seorang pemimpin Indonesia memberikan komando untuk mengatasi hal
tersebut. Kebijakan-kebijakan yang di keluarkan Presiden Sukarno tidak mampu
mengatasi pemasalahan politik dan ekonomi yang bergejolak di indonesia.
Indonesia pada masa orde lama membatasi para investor asing yang mau menanamkan
modalnya di Indonesia. Pemerintah berupaya semua sumber daya alam yang di
miliki Indonesia akan di keloloa langsung oleh Indonesia sendiri.
Memasuki era Orde Baru, dimana Soeharto yang
menjabat sebagai presiden. Bersamaan itu pula era kapitalis mulai berjalan di
Indonesia. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat.[5]
Kebijakan-kebijakan yang di kelurkan pada masa orde baru ini pada dasarnya
sangat baik, tetapi dalam prosesnya mengalami penyimpangan. Salah satu
penyimpangan yang terjadi adalah pembangunan industri-industri untuk
meningkatkan pendapatan masyarakata justru malah membuat orang yang kaya
semakin kaya dan orang yang miskin semakin miskin.
Pemeritahan Orde Baru membawa Indonesia dalam Kapitalisme babak baru |
Masa Orde Baru benar-benar membuat Indonesia
memasuki masa kapitalime yang sesungguhnya. Pada masa ini indonesia membuak
peluang besar bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia menanamkan modalnya.
Pemerintah juga banyak menjali kerja sama dengan lembaga asing yang mengurusi
masalah hutang luar negeri. Lembaga-lembaga itu diantaranya International
Monetary Fund (IMF), World Bank, Asian Development Bank, dan lain-lain. Hutang
tersebut digunakan untuk menggalakkan dan membiayai program pembangunannyayang
digagas oleh Presiden Soeharto yang disebut dengan Proyek Pelita (Pembangunan
Lima Tahun). Menjamurnya perbankan yang saat itu marak dengan dibarengi
tranksaksi hutang ke luar negeri semakin memperparah praktek kapitalis.
Setelah era Soeharto atau orde baru berakhirpun Masa
kapitalisme belum berakhir di negara Indonesia, bahkan berlanjut dan mulai
merambah pada bidang-bidang vital suatu negara seperti bidang pendidikan,
dimana pendidikan menjadi semakin mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat
kecil, akibat pendidikan yang dijadikan komersialisasi demi mendapatkan
keuntungan. Selain itu, aset-aset negara yang dimiliki oleh Indonesia, hilang
satu persatu akibat dijual kepada pihak-pihak asing.
Pada masa sekarang kita bisa melihat dan menyasikan
bentuk kapitalisme di Indonesia secara langsung. Belakangan ini di Indonesia
sangat ramai mengenai berbagai berita terutama mengenai pertambangan emas
terbesar yang terletak di Irian Jaya yang merupakan aset negara yang di kelola
oleh pihak asing, selain itu juga pengeboran minyak lepas pantai yang juga
banyak di kelola oleh perusahaan asing, penjualan saham perusahan
pertekomunikasian kepada pihak asing. Beberapa hal ini membuktikan bahwa
indonesia sangat kaya tetapi kekayaan yang dimiiliki hanya dibisa di nikmati
oleh segelintir orang saja, sehingga menyebabkan rakyat tidak bisa menikmati
kekayaan yang di miliki negara Indonesia.
Kesimpulan
Suatu negara pada hakekatnya memerlukan suatu Ideologi.
Ideologi inilah yang pada akhirnya menentukan segala aspek kehidupan dalam
negara tersebut, baik politik, ekonomi, yang berimbas pada sosial dan
budayanya. Setiap negara di dunia pasti memiliki karakteristik yang berbeda,
maka dari itu banyak Ideologi yang beraneka ragam dianut oleh banyak bangsa
atau negara di dunia. Beberapa Ideologi yang terkuat adalah Sosialisme,
Komunisme dan Liberalisme yang saling bersaing dalam hegemoni dunia.
Ideologi-ideologi ini juga membawa sistem politik dan ekonomi yang berbeda.
Sosialisme dan Komunisme merupakan 2 Ideologi yang terbilang mirip, namun dalam
pembahasan kali ini dibedakan atas dasar sistem yang diterapkan di Indonesia.
Indonesia pada era Orde Lama merupakan penganut Sosialisme, namun banyak pihak
yang menyebut Indonesia merupakan negara Komunis atas pertimbangan kedekatan
Soekarno pada Partai Komunis Indonesia (PKI). Kedekatan itu pada dasarnya
hanyalah sebatas penentangan pada Kapitalisme dan kemiripan Sosialisme dan
Sosialisme, hal yang mirip tapi tak sama.
Keadaan berubah ketika Indonesia berada dalam rezim Orde
Baru, mulailah Kapitalisme berkembang subur di Indonesia. Banyak investor yang
masuk dengan tujuan mencapai keuntungan atas sumber daya alam maupun manusia
Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi yang disebutkan merupakan kesuksesan
pemerintahan Orde Baru merupakan suatu anggapan atas ukuran perhitungan sistem
Kapitalisme. Banyak yang menganggap banyaknya gedung mewah di kota-kota
merupakan suatu kesuksesan pertumbuhan ekonomi maupun sistemnya, namun di sisi
lain terdapat jurang peerbedaan yang sangat dalam antara kaum kapitalis dan
buruh (pengusaha semakin kaya namun buruh-buruh yag merupakan komponen yang
sangat penting dalam produksi, mengalami ketidak adilan dalam upah dan
kesejahteraan). Masyarakat pun secara langsung mendukung Kapitalisme dengan lebih
memilih barang atau jasa dari perusahaan multinasional milik kaum Kapitalisme.
Pola masyarakat yang konsumtif membuat para Kapitalis semakin subur dan kuat
menancapkan akar Kapitalisme di Indonesia, sementara nasib buruh tidak kunjung
baik dari dahulu.
Sumber:
[1] Mohtar Mas’oed, Negara Kapital dan Demokrasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Hlm. 23-24.
[2] Video yang berjudul “The New Rulers of The World” oleh OASIS TELEVISION.
[3] Abdul Rahman Haji Abdullah, Penjajahan Malaysia: Cabaran dan Warisannya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Hal. 3-6.
[4] Gilpin Robert & Gilpin Jean
Millis, Tantangan Kapitalisme Global:
Ekonomi Dunia Abad ke-21, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002. Hal. 2-4.
[5] Restik Anggada Pratama, 2012, Perkembangan Kapitalisme Di Indonesia,
tersedia pada http://restik-a-p-fisip11.web.unair.ac.id,
di akses pada tanggal 16 Oktober 2012.