2.01.2013

KAPITALISME DI INDONESIA

Arti dan Kapitalisme Masa Koloial

Kapitalisme berasal dari capital yang berarti modal, yang dimaksud modal adalah alat produksi seperti tanah, uang dan sebagainya. Kata isme berarti suatu paham atau ajaran. Jadi arti kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi yg modalnya bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan di pasaran bebas.[1] Paham kapitalisme ini meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Sistem Kapitalisme Awal (1500-1750) ditandai dengan kebijakan-kebijakan Merkantilis yang identik dengan penumpukan emas dan perak. Kapitalisme Awal ini juga ditandai dengan munculnya imperium-imperium kolonial di Eropa Barat, seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Perancis dan Inggris. Kerakusan antar imperium kapitalis ini membuat mereka saling berperang untuk menjajah bangsa-bangsa lain memperebutkan harta. Satu tahun sejak ditemukan benua Amerika, Spanyol dan Portugis sudah ribut berebut harta di benua Amerika. Akhirnya bersepakat membagi daerah jajahan di benua Amerika dalam perjanjian Tordesillas. Di Asia Tenggara Spanyol, Portugis dan Belanda berebut rempah-rempah. Spanyol menguasai Kesultanan Manila. Portugis menguasai Malaka, Ternate, dan Timor. Tahun 1619 para kapitalis Belanda yang tergabung dalam VOC mendirikan Batavia, sekarang Jakarta.
Kapitalisme mulai diterapkan pada masa koloial
Adapun bentuk-bentuk dan sisten dalam Kapitalisme yaitu:
a.       Kapitalisme perdagangan
Muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai dgn kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumsi.

b.      Kapitalisme industri
Lahir karena ditopang oleh kemajuan industri dengan penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan buruh yakni antara manusia dan mesin.

c.       Sistem Kartel
Kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan untuk memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebar di Jerman dan Jepang.

d.      Sistem Trust
Sebuah sistem yang membentuk satu perusahaan dari berbagai perusahaan yang bersaing agar perusahaan tersebut lebih mampu berproduksi dan lebih kuat untuk mengontrol dan menguasai pasar.

Perkembangan Kapitalisme Saat Ini

Kapitalisme merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia saat ini. Kita banyak melihat merk-merk terkenal dan merupakan produksi dari perusahaan besar Internasional, itu merupakan dampak dari Globalisasi yang sudah terjadi di negara-negara di dunia termasuk juga Indonesia. Perlu diingat, bahwa sebenarnya globalisasi merupakan gerbang awal bagi kelanggengan kapitalisme. Globalisasi yang membuat negara-negara pro kapitalis (negara yang tidak menghambat arus kapitalisme) menyatu dalam hal ekonomi, membuat para kapitalis semakin mudah dalam melancarkan strateginya untuk menguasai perekonomian.
John Pilger dalam pengantar “The New Rulers of The World” menyatakan bahwa hanya dengan 200 perusahaan, dapat menguasai seperempat perekonomian dunia.[2] Hal ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat kita sering mendengar mengenai manfaat dari globalisasi yang disebutkan memberikan kesejahteraan bagi manusia dengan menyatunya bangsa-bangsa di dunia. Kita dapat melihat dengan kenyataan banyakya kemiskinan di berbagai belahan dunia, sementara terdapat juga kaum yang begelimangan harta tidak jauh dari daerah yang miskin tersebut. Kesenjangan tersebut merupakan dampak dari kapitalisme yang lebih bersifat mengeksploitasi keuntungan sebanyak-banyakya dengan mematikan perekonomian kecil yang merupakan kekuatan perekonomian lokal. Besarnya modal serta strategi yang baik memang sangat berperan, hal ini yang membuat para kaum kapitalis mendapat penguasaan atas perekonomian di berbagai tempat. Semisal saja saat ini di Indonesia telah banyak pusat perbelanjaan yang banyak menampilkan merk-merk internasional, atau banyaknya mini market asing yang membuat sepi toko kelontong. Sebuah hal yang ironis seperti pada maraknya mini market asing yang menjual kebutuhan lebih lengkap dan bahkan buka selama 24 jam, dimana perusahaan asing ini menjadi hal yang familiar dan tidak asing dalam kehidupan kita.
Minimarket asing yang unggul dalam modal dan strategi mematikan toko atau warung kecil di sekitarnya
Kapitalisme sangat identik juga dengan liberalisme. Kita juga mengetahui bahwa terdapat juga komunisme yang dekat dengan sosialisme. Kedua hal ini sangat berperan dalam kehidupan bangsa di dunia (dalam hal ini terjadinya perang dingin), dimana antara dua paham ini saling bersaing untuk menanamkan pengaruhnya. Banyak peristiwa besar di dunia yang merupakan salah satu usaha untuk penenaman pengaruh misalnya perang Vietnam, Invasi Teluk Babi, ataupun peristiwa G 30S yang diduga merupakan intervensi Amerika Serikat guna membuka gerbang untuk mematikan pergerakan komunisme di Indonesia. Penguasaan ini jika kita pandang lebih jauh merupakan bentuk dari Imperialisme yang tidak lagi dalam bentuk yang terang-terangan mejajah (seperti kolonialisme Belanda dan pendudukan Jepang di Indonesia).
Hubungan antara kapitalisme dan imperialisme dapat kita lihat pada pendapat Lenin yang menganggap bahwa imperialisme merupakan tahap tertinggi dari kapitalisme sejalan dengan bukunya yang berjudul “Imperialism: The Highest Stage Of Capitalism” (1916). Teori lain yang sejalan dengan korelasi ini adalah Teori Konspirasi yang menyatakan bahwa terdapat sebuah Konspirasi Yahudi dalam rancangan rahasianya yang mempengaruhi bnyak peristiwa besar dunia. dalam teori ini lebih familiar dengan adanya organisasi rahasia seperti Freemasonry dan Illuminati yang juga didalamnya terdapat golongan kapitalis dan peminjam uang (money-lender). Disebutkan juga keluarga Rothschild yang memberikan pinjaman nasional melalui Bank-bank milik mereka seperti Bank of England, selain juga menciptakan huru-hara di dunia serta mengambil keuntungan dari huru-hara yang dibuatnya itu.[3] Teori ini memang kurang populer dan dianggap sebagai bentuk anti-Semitisme, namun perlu dilihat karena memang teori ini memungkinkan untuk dikaitkan dengan imperialisme modern.
Kapitalisme menjadi kekuatan besar utama ketika Perang Dingin berakhir. Runtuhnya Uni Sovyet yang menunjukan runtuhya kekuatan besar komunisme, membuat liberalisme yang seiring dengan kepitalisme makin bebas untuk mengepakan sayapnya guna menanamkan ideologi. Negara-negara yang bersekutu mulai melirik akan pentingnya perekonomian, bukan lagi konsentrasi mutlak politik, ideologi, maupun militer. Seperti halnya Jepang yang bangkit atau Jerman yang mengalami reunifikasi.[4] Kapitalisme banyak berkembang pada negara-negara barat, yang tentunya mencari pasar untuk perekonomiannya. Akibat dari hal ini tentunya penguasaan atas wilayah yang memiliki kekuatan ekonomi yang lemah (dilihat dari strategi dan modal), sehingga kapitalisme semakin kokoh berdiri dan menciptakan jurang kesenjangan yang dalam.

Perkembangan Kapitalisme di Indonesia
Munculnya kapitalisme di indonesia tidak terlepas dari sejarah eksploitasi kapitalisme imperialis. Penjajahan yang di lakukan oleh negara Belanda yang merupakan negara model kapitalis di abad 17. Semenjak penjajahan Belanda terhadap Indonesia, nasib Indonesia sudah terhubung dengan kapitalisme dunia. Hingga pada awal kemerdekaan Indonesia sistem politik dan ekonomi masih tidak beraturan. Presiden Soekarno sebagai seorang pemimpin Indonesia memberikan komando untuk mengatasi hal tersebut. Kebijakan-kebijakan yang di keluarkan Presiden Sukarno tidak mampu mengatasi pemasalahan politik dan ekonomi yang bergejolak di indonesia. Indonesia pada masa orde lama membatasi para investor asing yang mau menanamkan modalnya di Indonesia. Pemerintah berupaya semua sumber daya alam yang di miliki Indonesia akan di keloloa langsung oleh Indonesia sendiri.
Memasuki era Orde Baru, dimana Soeharto yang menjabat sebagai presiden. Bersamaan itu pula era kapitalis mulai berjalan di Indonesia. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat.[5] Kebijakan-kebijakan yang di kelurkan pada masa orde baru ini pada dasarnya sangat baik, tetapi dalam prosesnya mengalami penyimpangan. Salah satu penyimpangan yang terjadi adalah pembangunan industri-industri untuk meningkatkan pendapatan masyarakata justru malah membuat orang yang kaya semakin kaya dan orang yang miskin semakin miskin.
Pemeritahan Orde Baru membawa Indonesia dalam Kapitalisme babak baru
Masa Orde Baru benar-benar membuat Indonesia memasuki masa kapitalime yang sesungguhnya. Pada masa ini indonesia membuak peluang besar bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia menanamkan modalnya. Pemerintah juga banyak menjali kerja sama dengan lembaga asing yang mengurusi masalah hutang luar negeri. Lembaga-lembaga itu diantaranya International Monetary Fund (IMF), World Bank, Asian Development Bank, dan lain-lain. Hutang tersebut digunakan untuk menggalakkan dan membiayai program pembangunannyayang digagas oleh Presiden Soeharto yang disebut dengan Proyek Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Menjamurnya perbankan yang saat itu marak dengan dibarengi tranksaksi hutang ke luar negeri semakin memperparah praktek kapitalis.
Setelah era Soeharto atau orde baru berakhirpun Masa kapitalisme belum berakhir di negara Indonesia, bahkan berlanjut dan mulai merambah pada bidang-bidang vital suatu negara seperti bidang pendidikan, dimana pendidikan menjadi semakin mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat kecil, akibat pendidikan yang dijadikan komersialisasi demi mendapatkan keuntungan. Selain itu, aset-aset negara yang dimiliki oleh Indonesia, hilang satu persatu akibat dijual kepada pihak-pihak asing.
Pada masa sekarang kita bisa melihat dan menyasikan bentuk kapitalisme di Indonesia secara langsung. Belakangan ini di Indonesia sangat ramai mengenai berbagai berita terutama mengenai pertambangan emas terbesar yang terletak di Irian Jaya yang merupakan aset negara yang di kelola oleh pihak asing, selain itu juga pengeboran minyak lepas pantai yang juga banyak di kelola oleh perusahaan asing, penjualan saham perusahan pertekomunikasian kepada pihak asing. Beberapa hal ini membuktikan bahwa indonesia sangat kaya tetapi kekayaan yang dimiiliki hanya dibisa di nikmati oleh segelintir orang saja, sehingga menyebabkan rakyat tidak bisa menikmati kekayaan yang di miliki negara Indonesia.

Kesimpulan
Suatu negara pada hakekatnya memerlukan suatu Ideologi. Ideologi inilah yang pada akhirnya menentukan segala aspek kehidupan dalam negara tersebut, baik politik, ekonomi, yang berimbas pada sosial dan budayanya. Setiap negara di dunia pasti memiliki karakteristik yang berbeda, maka dari itu banyak Ideologi yang beraneka ragam dianut oleh banyak bangsa atau negara di dunia. Beberapa Ideologi yang terkuat adalah Sosialisme, Komunisme dan Liberalisme yang saling bersaing dalam hegemoni dunia. Ideologi-ideologi ini juga membawa sistem politik dan ekonomi yang berbeda. Sosialisme dan Komunisme merupakan 2 Ideologi yang terbilang mirip, namun dalam pembahasan kali ini dibedakan atas dasar sistem yang diterapkan di Indonesia. Indonesia pada era Orde Lama merupakan penganut Sosialisme, namun banyak pihak yang menyebut Indonesia merupakan negara Komunis atas pertimbangan kedekatan Soekarno pada Partai Komunis Indonesia (PKI). Kedekatan itu pada dasarnya hanyalah sebatas penentangan pada Kapitalisme dan kemiripan Sosialisme dan Sosialisme, hal yang mirip tapi tak sama.
Keadaan berubah ketika Indonesia berada dalam rezim Orde Baru, mulailah Kapitalisme berkembang subur di Indonesia. Banyak investor yang masuk dengan tujuan mencapai keuntungan atas sumber daya alam maupun manusia Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi yang disebutkan merupakan kesuksesan pemerintahan Orde Baru merupakan suatu anggapan atas ukuran perhitungan sistem Kapitalisme. Banyak yang menganggap banyaknya gedung mewah di kota-kota merupakan suatu kesuksesan pertumbuhan ekonomi maupun sistemnya, namun di sisi lain terdapat jurang peerbedaan yang sangat dalam antara kaum kapitalis dan buruh (pengusaha semakin kaya namun buruh-buruh yag merupakan komponen yang sangat penting dalam produksi, mengalami ketidak adilan dalam upah dan kesejahteraan). Masyarakat pun secara langsung mendukung Kapitalisme dengan lebih memilih barang atau jasa dari perusahaan multinasional milik kaum Kapitalisme. Pola masyarakat yang konsumtif membuat para Kapitalis semakin subur dan kuat menancapkan akar Kapitalisme di Indonesia, sementara nasib buruh tidak kunjung baik dari dahulu.
 
Sumber:

[1] Mohtar Mas’oed, Negara Kapital dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Hlm. 23-24.
[2] Video yang berjudul “The New Rulers of The World” oleh OASIS TELEVISION.
[3] Abdul Rahman Haji Abdullah, Penjajahan Malaysia: Cabaran dan Warisannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Hal. 3-6.
[4] Gilpin Robert & Gilpin Jean Millis, Tantangan Kapitalisme Global: Ekonomi Dunia Abad ke-21, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Hal. 2-4.
[5] Restik Anggada Pratama, 2012, Perkembangan Kapitalisme Di Indonesia, tersedia pada http://restik-a-p-fisip11.web.unair.ac.id, di akses pada tanggal 16 Oktober 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar